YERUSALEM DIAKUI SEBAGAI IBUKOTA ISRAEL, HAMAS SERUKAN INTIFADA BARU MULAI JUM’AT INI

Kontroversi Yerusalem sebagai ibukota Israel

YERUSALEM DIAKUI SEBAGAI IBUKOTA ISRAEL, HAMAS SERUKAN INTIFADA BARU MULAI JUM’AT INI

Yerusalem diakui sebagai ibukota Israel, dan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat telah mengakui Yerusalem sebagai ibukota negara Yahudi tersebut.
Bagaimana reaksi dunia atas klaim sepihak Israel dan Amerika Serikat ini?
Tentu saja beberapa negara, termasuk Indonesia turut mengecam pengakuan Israel atas ibukota barunya, Yerusalem.
Malaysia juga sama. Bagaimana dengan negara lain? Sama. Turki dan Perancis juga turut mengecam pengakuan sepihak tersebut.
Demonstrasi atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pun merebak di beberapa tempat. 
Di Palestina sendiri sudah mulai terjadi bentrokan antara tentara Israel dan warga palestina.
Disinyalir hari ini, Jum’at akan menjadi salah satu hari yang dipilih oleh para penentang kebijakan sepihak tersebut.

YERUSALEM DIAKUI SEBAGAI IBUKOTA ISRAEL, HAMAS SERUKAN INTIFADA BARU MULAI JUM’AT INI

Sementara itu, HAMAS sebagai salah satu kekuatan muslim di Palestina, melalui Ismail Haneya, menyerukan untuk melakukan gerakan intifada baru mulai hari ini, Jum’at 08 Desember 2017 M.
Organisasi FATAH pun sama, melakukan perlawanan.
Pengakuan Yerusalem sebagai ibukota negara Israel ini jelas akan mengguncang stabilitas keamanan dunia. 
Bahkan di salah satu negara Eropa, Belanda, tepatnya di Amsterdam sudah ada kejadian yang dianggap sebagai efek atas pengakuan sepihak tersebut.
Dikabarkan di salah satu televisi swasta, seorang pria merusak salah satu toko yang dimiliki oleh keturunan Yahudi.
Netizen tak kalah sengit mencibir kebijakan sepihak Israel dan Amerika yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara Israel. Salah satunya adalah berita di portal CNN Indonesia. Silahkan baca di link ini.
Yang berbahaya lagi adalah timbulnya radikalisme yang berlebihan atas kasus ini.
Dan pertanyaannya, apakah Donald Trump tidak menyadari ini? Bukankah dengan pengakuan ini kemarahan kaum  radikalis itu bisa meledak kapan saja. 
Dan yang lebih harus dipertimbangkan adalah keselamatan warganya sendiri (warga Amerika) yang pastinya tidak semua warga Amerika mendukung ini. Keselamatan mereka harus diperhatikan. Tahu sendiri kan bagaimana nekadnya kaum radikalis muslim? Bahkan yang tidak radikal, bisa menjadi radikal atas ketidakadilan ini. Donald Trump benar-benar membuat stabilitas dunia, khususnya warga negaranya sendiri berada dalam ketidaknyamanan.

Kita lihat berita selanjutnya. Apakah kasus pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Palestina ini akan berlarut-larut atau justru PBB sebabagai lembaga perwakilan dunia akan mampu mengatasinya. Bagaimana dengan organisai konfrensi Islam (OKI)? Entahlah….

Perjuangan rakyat Palestina tampaknya masih panjang.

Diambil dari berbagai sumber.

6 comments found

  1. Sedihnya, jd inget komentar pas belajar dulu, ini ibarat orang kesusahan, terus di beri tumpangan rumah secara gratis oleh orang baik, lama kelamaan jadi keenakan, eh malah mencaplok rumahnya sekalian,

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.