China Mendesak Israel untuk Menghentikan Agresi di Rafah

masdarsono.com-Respons China terhadap serangan baru Israel di Rafah.

China Mendesak Israel untuk Menghentikan Agresi di Rafah. Pernyataan ini dikeluarkan pada Selasa, 7 Mei 2024 melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, telah menanggapi situasi yang berkembang di Rafah.

China meminta Israel untuk segera menghentikan agresinya di wilayah Rafah, Jalur Gaza, dan memperingatkan akan terjadinya krisis kemanusiaan yang parah jika konflik terus berlanjut.

China menentang dan mengutuk tindakan yang merugikan warga sipil dan melanggar hukum internasional. Beijing mendesak Israel untuk menghentikan operasi militernya untuk menghindari korban sipil yang tidak bersalah dan mencegah bencana kemanusiaan yang lebih serius.

Pasukan pendudukan Israel dilaporkan telah melakukan pembantaian besar-besaran di Rafah, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Pesawat tempur Israel dilaporkan melancarkan lebih dari 50 serangan udara di Rafah, menggunakan rudal pembakar yang dilarang secara internasional.

Sumber Berita: Informasi ini didasarkan pada laporan dari berbagai sumber berita, termasuk Tempo.co dan Kompas.com.

Harap dicatat bahwa ini adalah ringkasan berita yang dibuat berdasarkan informasi terkini dari sumber yang tersedia secara online dan mungkin tidak mencakup semua detail atau perkembangan terbaru terkait situasi tersebut.

Apa tanggapan internasional lainnya tentang situasi di Rafah?

Tanggapan internasional terhadap situasi di Rafah menunjukkan kekhawatiran yang mendalam dan seruan untuk tindakan kemanusiaan:

Faksi-faksi Palestina telah bersatu dalam mengutuk invasi Pasukan Pendudukan Israel (IOF) di Rafah, menyebutnya sebagai tindakan yang memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza. Mereka mendesak respons global terhadap krisis ini.
Mediator internasional, termasuk AS, berupaya untuk memediasi gencatan senjata di Gaza. Hamas dan Qatar, sebagai mediator kunci, telah memperingatkan bahwa invasi Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, akan memiliki konsekuensi serius.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menggambarkan operasi mereka di bagian timur Rafah sebagai “operasi berjangka waktu terbatas” dan mendorong penduduk Rafah untuk pindah ke zona kemanusiaan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut invasi darat Israel sebagai “tidak dapat ditolerir” karena “konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan” yang akan ditimbulkannya.

Reaksi ini mencerminkan kepedulian internasional yang besar terhadap dampak operasi militer di Rafah terhadap populasi sipil dan pentingnya mencari solusi damai untuk menghindari lebih banyak korban.

Bagaimana situasi kemanusiaan di Rafah saat ini?

Situasi kemanusiaan di Rafah saat ini sangat mengkhawatirkan. Berikut adalah beberapa poin utama berdasarkan laporan terbaru:

Kekacauan dan Ketakutan: Terdapat laporan tentang “teror dan kebingungan” di Rafah, dengan organisasi amal menyatakan bahwa tidak ada bantuan kemanusiaan yang masuk, meskipun Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa penyeberangan kunci tetap terbuka.

Kekhawatiran Eskalasi Kekerasan: Agensi bantuan Katolik Inggris menyatakan bahwa situasi saat ini di area Rafah di Gaza adalah “teror yang berulang-ulang” dan kekerasan yang meningkat dapat memperburuk situasi di Gaza.

Peringatan dari Agensi Kemanusiaan: Agensi kemanusiaan telah memperingatkan terhadap invasi darat penuh di Rafah, memperingatkan akan peningkatan penderitaan dan korban jiwa di antara 1,2 juta warga Palestina yang terlantar di dan sekitar kota tersebut. Gaza utara sudah berjuang dengan kelaparan parah, yang diperburuk oleh konflik berbulan-bulan, seperti yang diungkapkan oleh Program Pangan Dunia.

Situasi ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk bantuan kemanusiaan dan solusi damai untuk menghindari lebih banyak korban di Rafah.

Bagaimana kondisi rumah sakit dan fasilitas medis di Rafah?

Kondisi rumah sakit dan fasilitas medis di Rafah sangat tertekan dan menghadapi tantangan besar:

Kapasitas Terbatas: Hanya 33% dari 36 rumah sakit dan 30% dari pusat kesehatan primer di Gaza yang berfungsi dalam beberapa kapasitas karena serangan berulang dan kekurangan pasokan medis penting, bahan bakar, dan staf.
Fasilitas Kesehatan yang Kewalahan: Rumah sakit di Rafah dilaporkan kebanjiran pasien trauma dan berjuang untuk beroperasi melebihi kapasitas maksimum.
Kekurangan Sumber Daya: Ada kekurangan obat-obatan vital dan peralatan yang rusak atau hilang. Beberapa pasien bahkan harus ditangani di koridor dan di luar ruangan karena kurangnya tempat tidur di rumah sakit.

Ancaman Penyakit: Terdapat ancaman penyakit dan wabah yang meningkat karena kondisi yang memburuk, termasuk malnutrisi akut dan gangguan kesehatan mental2.
Organisasi kesehatan global dan mitra lokal sedang bekerja keras untuk mengatasi krisis ini dengan mendirikan rumah sakit lapangan tambahan dan memperkuat layanan kesehatan yang ada4. Namun, sistem kesehatan yang sudah rusak ini akan kesulitan mengatasi lonjakan korban dan kematian jika situasi keamanan terus memburuk.

Bagaimana bantuan kemanusiaan dapat diakses oleh warga Rafah?

Akses ke bantuan kemanusiaan bagi warga Rafah saat ini menghadapi tantangan yang signifikan, namun beberapa langkah telah diambil untuk memfasilitasi distribusi bantuan:

Pembukaan Kembali Penyeberangan Erez: Israel baru-baru ini membuka kembali penyeberangan Erez di utara Gaza untuk memindahkan bantuan dari pelabuhan Ashdod dan Yordania.

Pengiriman Bantuan Melalui Laut: Upaya sedang dilakukan untuk membawa bantuan melalui laut, meskipun ada kendala seperti jalan yang tidak dapat dilalui, ranjau yang belum meledak, kekurangan bahan bakar, penundaan di pos pemeriksaan, dan pembatasan Israel1.

Penutupan Dua Penyeberangan: Pada tanggal 6 Mei 2024, dua penyeberangan ke Rafah ditutup, menghentikan aliran bantuan kemanusiaan yang sudah sedikit.

Distribusi Bantuan Lokal: Organisasi seperti Action Against Hunger telah mendistribusikan makanan, uang tunai, dan kit kebersihan kepada 320.000 orang di seluruh kota dalam empat bulan terakhir.

Kerjasama Internasional: Israel, Gedung Putih, dan Mesir telah menyatakan bahwa bantuan terbatas akan diizinkan masuk ke Gaza melalui penyeberangan Rafah dengan Mesir dalam beberapa hari mendatang.

Meskipun ada upaya untuk meningkatkan akses ke bantuan kemanusiaan, situasi di lapangan tetap sulit dan dinamis. Organisasi internasional dan lokal terus berupaya untuk memastikan bahwa bantuan dapat mencapai mereka yang membutuhkan di tengah kondisi yang menantang ini.

Apa yang dilakukan oleh lembaga internasional seperti PBB terkait dengan situasi ini?

Lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengambil beberapa langkah penting terkait dengan situasi di Rafah:

Kontrol IDF atas Penyeberangan Rafah: IDF (Israel Defense Forces) mengumumkan bahwa mereka memiliki “kontrol operasional dari sisi Gaza penyeberangan Rafah”, menurut laporan BBC.

Negosiasi Gencatan Senjata: Pembicaraan gencatan senjata akan dilanjutkan di Kairo setelah Hamas menyatakan akan menerima kesepakatan yang disusun oleh mediator Mesir, meskipun ditolak oleh Israel karena “jauh dari memenuhi” tuntutan intinya.

Kunjungan Sekjen PBB: Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengunjungi titik penyeberangan Jalur Gaza-Mesir di Rafah dan mendesak agar gencatan senjata segera diberlakukan untuk membantu masyarakat Palestina.

Kekhawatiran PBB: PBB menyatakan kekhawatiran yang “sangat besar” atas kemungkinan meluasnya serangan militer Israel ke wilayah Rafah di Jalur Gaza selatan3.
Koordinasi Urusan Kemanusiaan: Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyatakan keprihatinan atas situasi stagnan di Rafah dan pemblokiran rute-rute biasa yang menghambat distribusi bantuan kemanusiaan.

Langkah-langkah ini menunjukkan upaya PBB untuk mengurangi ketegangan dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan, serta mencari solusi damai untuk konflik tersebut.

Demikian berita tentang China Mendesak Israel untuk Menghentikan Agresi di Rafah. Semoga kedamaian segera terjadi di bumi Palestine.

Tinggalkan komentar