LEBARAN DALAM KHAZANAH BUDAYA JAWA

Idul Fitri. Lebaran. Bada …. atau apapun namanya identik dengan ketupat, kupat. Kupat (Banyumas-red) terbuat dari daun kelapa yang muda yang dianyam sedemikian rupa sehingga bisa menampung beras. Daun kelapa yang masih muda itu kami sebut Janur. 

Kupat dimaknai sebagai : NGAKU LEPAT (merasa bersalah, tidak merasa benar). Janur dimaknai : JA A NUUR (datangnya cahaya-Arab red). Dan beras putih dimaknai sebagai kondisi jiwa yang suci setelah melewati Romadhon. Sebuah simbol yang sangat syar’i hasil ijtihad para Wali.

Selain itu, kalau kita melihat kupat, ada 2 (DUA) ujung panjang yang juga mempunyai nilai filosofis yang tak kalah hebatnya.




Satu ujung merupakan simbol hubungan antara manusia dengan Tuhan (Habluminalloh), dan ujung yang satunya lagi merupakan simbol hubungan antara manusia dengan manusia (habluminannas).

Begitulah salah satu sifat yang dimiliki oleh orang Jawa, yaitu senang berfilosofi. Bukan hanya senang, tapi begitulah orang Jawa memaknai beragam corak kehidupan dalam bingkai kebijaksanaan.

Setiap yang ada di lingkungan sekitar, dimaknai dengan sedemikian rupa. Makna yang tidak hanya sekedar makna, tapi makna yang pada hakikatnya merupakan ucapan rasa syukur, do’a, serta pertanda keserasian hidup sebagai insan Tuhan.

Akhirnya, sebagai orang yang banyak salah dan dosa, saya mohon maaf lahir batin kepada teman-teman semua.

Semoga Idul Fitri ini mengembalikan kita kepada manusia yang sesungguhnya, khalifah di muka bumi, sekaligus Hamba Tuhan yang berkewajiban untuk menyembah-Nya.


Satu pemikiran pada “LEBARAN DALAM KHAZANAH BUDAYA JAWA”

  1. Saya sebagai orang Jawa sedikit banyak juga tahu tentang segala filosofis2nya Jawa meskipun nggak faham sekali, hehe..

    Semua filosofis itu tercipta dari orang-orang hebat yang bertujuan untuk kebaikan dan nguri-uri budaya kita supaya nggak hilang ditelan jaman begitu aja. Y nggak sih mas??

    Jadi kita harus teruskan filosofis2 tersebut keanak cucu supaya lestari kan yaa 🙂

    * Mohon maaf lahir batin juga ya mas Dar, udah lama juga ga mampir sini, headernya tambah keren aja nih. Kapan saya dibikinin? Hehe..

    Balas
  2. Sama mbak..saya juga sebatas tahu dari beberapa teman dan bacaan 🙂

    Uniknya orang Jawa, ternyata nenek moyang kita bisa dikatakan sebagai filsuf…. Semua nama2 benda bahkan mempunyai makna tersendiri.
    Ya juga sih mbak… agar budaya kita lestari dan tentu saja nenek moyang kita berharap agar kita mjd keturunan yg bijak… menurut saya sih itu.. hehe..

    Yupz.. kita sampaikan mbak, biar ndak hilang.

    *Keren headernya mbak… beneran… kemaren2 saya mampir..wuihhh…. udah keren. Pengunjungnya juga udah buanyakkk 🙂

    Mohon maaf lahir batin juga yah mbak…. 🙂

    Balas

Tinggalkan komentar