Tumor tidak wajib dioperasi?

“Tahukah dokter Anda bahwa vaksinasi terhadap balita tidak sepenuhnya aman?”

“Tahukah dokter Anda bahwa tumor tidak wajib dioperasi?”

Ketahuilah hal-hal yang tidak diketahui dokter Anda, agar Anda tidak tersakiti sebagai akibat ketidaktahuan dokter Anda.



Kali ini saya ada sedikit review E-Book kesehatan yang menurut saya bisa dikatakan sebagai salah satu pengetahuan baru, khusunya bagi saya pribadi. 

E-Book ini di tulis oleh Irwan Effendy.

Berikut sedikit rangkumannya…
Upz, yuuk kenalan dulu sama penulisnya 🙂


Penulis adalah seorang peneliti di bidang pemanfaatan Bioenergi untuk kesehatan dan juga berpraktek sebagai terapis. Penulis mendirikan perusahaan bernama Bioenergy Solution Center ( http://bioscent.biz ) untuk memperkenalkan berbagai layanan berbasis Bioenergi.

Apa nih title e-book nya?


KATA PENGANTAR

Isi buku ini tidak dimaksudkan untuk mendiskreditkan para dokter ataupun profesi kedokteran.


Profesi kedokteran adalah profesi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia pada umumnya, dan mayoritas dokter adalah orang-orang yang berdedikasi pada profesi mereka.


Akan tetapi, di dunia ini tidak ada pengetahuan yang sempurna, dan dengan demikian dunia medis yang memiliki sejarah panjang dan pengalaman yang sangat banyak pun, tidak terluput dari masalah ketidaktahuan, yang terutama sekali disebabkan oleh cenderung tertutupnya pikiran kalangan peneliti medis terhadap hal-hal yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang mereka tahu.


Dengan kondisi demikian, maka tidaklah mengherankan bahwa untuk menerima keabsahan teknik lain yang sama-sama punya sejarah panjang dan pengalaman sangat banyak pun, dunia medis butuh puluhan, bahkan ratusan tahun.


Yang dibahas di buku ini adalah hal-hal yang tidak diketahui oleh dokter anda, karena memang secara medis dianggap tidak benar, tidak ada atau tidak dianggap penting, akan tetapi akibat ketidaktahuan ini menjadi berpotensi menyakiti anda sebagai pasien si dokter.


Jika anda kebetulan berprofesi sebagai dokter, diharapkan anda bisa membaca isi buku ini secara netral dan tidak buru-buru mengambil posisi defensif.


Siapa tahu, diawali dengan satu dokter yang bersedia mengakui ketidaktahuannya, akan berlanjut dan meluas sehingga dunia medis menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal yang belum diketahui, dan dengan demikian dapat semakin melengkapi pengetahuan dan pemahaman para dokter.


Nah, jadi buat teman-teman yang kebetulan menjadi dokter atau sangat percaya dengan ilmu kedokteran, e-book ini bukanlah sesuatu yang harus menjadi kontroversi. Bahkan bisa menjadi sumber pengetahuan baru.


Dalam sesi selanjutnya, penulis berkisah tentang penyakit yang diderita puterinya…
Noted, ini bukan dongeng, tapi kisah nyata.


TUMOR TIDAK HARUS DIANGKAT

Tahun 2004, putri saya yang waktu itu usianya baru 2 tahun, sakit.
Awalnya dia hanya menangis dan menangis, tanpa diketahui dimana sakitnya.


Sewaktu diperiksakan ke dokter umum, hanya dibilang agak sedikit demam dan butuh dijaga supaya tidak demam. Tapi demamnya tidak kunjung hilang dan kemudian saya curiga karena melihat kepalanya tambah besar.


Saya membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan setelah menjalani pemeriksaan serta MRI, akhirnya ketahuan bahwa di otaknya ada tumor, yang sudah hampir sebesar bola tenis, sehingga mulai mengganggu penglihatannya, bahkan membuatnya mulai susah menelan makanan.


Informasi dari dokter adalah bahwa itu harus dioperasi dan yang menanganinya harus spesialis bedah mikro.


Setelah mencari dokter spesialis bedah mikro, saya diberitahukan oleh sang dokter bahwa berdasarkan hasil MRI, kemungkinan keberhasilan operasi adalah 50 persen.


Jika operasi berhasil, maka untuk menangani kelebihan cairan otak yang akan timbul, harus dipasang 2 selang dari kepala yang masuk ke punggung dan setiap selangnya mulai rusak, harus ganti baru.


Selain itu, karena syaraf penglihatannya sudah tergencet, maka walau operasi berhasil, dia akan tidak bisa melihat, mungkin juga akan kesulitan untuk mendengar.


Untuk melakukan operasi, biayanya Rp. 80 juta, diluar biaya lainnya.


Terhenyak, hanya itu yang bisa saya lakukan. Rp. 80 juta waktu itu untuk saya besar sekali, karena penghasilan rata-rata saya sebulan hanya di kisaran Rp 3 juta.


Ditambah dengan pemberitahuan bahwa kemungkinan berhasil hanya 50 persen, dan kalaupun berhasil, hidupnya akan susah sekali, saya memutuskan untuk tidak operasi dan mencari penanganan alternatif.


Saya mencoba mencari informasi di internet, apakah ada cara penanganan lain dari kedokteran, tapi semua informasi yang saya temukan, mengkonfirmasikan bahwa penanganan tumor hanya dapat dilakukan dengan cara pembedahan dan pengangkatan, tidak ada cara lainnya.


Untuk penanganan alternatif, ada herbal, tusuk jarum dan lainnya, banyak yang dicoba, bahkan sempat berpikir ingin mencoba metoda yang katanya memindahkan penyakit ke telur, tetapi karena terkesan tidak masuk akal, akhirnya tidak jadi dicoba.


Usaha terakhir adalah sewaktu ada acara penyembuhan di sebuah gereja, yang mana setelah acara tersebut saya merasa sudah kehabisan akal dan bicara ke putri saya bahwa saya sudah merelakan dia, daripada dia menderita terus. 2 hari kemudian, dia meninggal.


3 tahun setelahnya, barulah saya mendapatkan informasi yang berbeda, yang kemudian saya telusuri dan saya jadikan penelitian, yang saya jalankan dengan serius sampai sekarang ini.


Pertanyaan paling dasar dari informasi tersebut adalah: darimana asalnya tumor? Setelah menelusuri informasi-informasi medis, saya baru menyadari, baik tumor jinak maupun tumor ganas, bukanlah benda asing yang masuk dan menempel ke tubuh, melainkan berasal dari dalam tubuh sendiri.


 Perbedaannya, jika tumor jinak hanya sel biasa yang berkembang di lokasi yang salah, maka tumor ganas adalah sel yang berubah sifat dan menjadi parasit, serta mengkonversikan sel-sel di sekitarnya menjadi sifat yang sama seperti dia.


Jadi jika dianalogikan, ibarat di sebuah sekolah, maka tumor jinak ini adalah murid-murid yang masih duduk-duduk di kantin pada jam pelajaran, sedangkan tumor ganas adalah murid yang berubah menjadi gangster dan merekrut teman-temannya untuk ikut menjadi gangster.


Lalu apa yang sebaiknya dilakukan jika ada murid-murid yang masih berada di kantin pada saat jam pelajaran?


Tindakan membedah dan mengangkat tumor, sama seperti tindakan memberhentikan murid-murid tersebut dari sekolah; cepat dan efektif memang, akan tetapi akibat susulannya sulit diprediksikan, karena semakin banyak murid yang dikeluarkan, akan semakin besar dampak yang ditimbulkan pada proses pembelajaran murid-murid yang tersisa.


Pengangkatan tumor yang ukurannya lebih besar juga akan menghasilkan dampak yang lebih luas pada jaringan normal.


Akan jauh lebih baik hasilnya jika sekolah memerintahkan guru-guru untuk menghampiri anak-anak tersebut dan menyuruh mereka kembali masuk ke kelas, lalu memperketat pengawasan supaya lain waktu mereka tidak bisa lagi berada di kantin setelah jam istirahat berakhir.


Demikian juga dengan tumor jinak, akan jauh lebih baik hasilnya jika darah diinstruksikan untuk menghampiri sel-sel tumor tersebut dan membongkarnya kembali menjadi protein.


Sangat runtut saya pikir apa yang penulis tuliskan.


Pengalaman adalah guru yang terbaik.


Mungkin itu kalimat yang pas untuk disematkan pada e-book ini.


Dari pengalaman kehilangan puteri tercintanya, timbulah keinginan penulis untuk lebih mendalami tentang penyakit ini.


Dan yang wajib Anda catat, bahwa penulis adalah juga seorang peneliti. Jadi bukan asal ambil kesimpulan. Tapi berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ilmiah tentunya.


Saya pikir e-book ini bisa memperkaya khazanah ilmu kesehatan dan juga bisa digunakan sebagai pendukung ilmu medis modern.


Bagi teman-teman yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang dunia kesehatan, terutama penyakit-penyakit yang belum tentu kita paham penyebab dan solusinya, e-book ini saya pikir cocok untuk teman-teman miliki…


Bagi yang ingin memiliki, bisa membeli melalui link ini >> BELI DISINI


Harganya cuman 90 ribuan kok 🙂


Sekian postingan dengan judul TUMOR TIDAK WAJIB DIOPERASI.


Semoga informasi dalam e-book tersebut semakin dapat meningkatkan pengetahuan teman-teman seputar dunia medis.


Salam sukses.

2 pemikiran pada “Tumor tidak wajib dioperasi?”

  1. Nah itu dia…
    Saya pikir pengalaman pak Irwan Effendi bisa menjadi salah satu rujukan dalam dunia kesehatan di negara ini, bahkan di dunia.

    Saya pun berpikiran sama mbak … ketika tumor, ya operasi..

    🙂

    makasih kunjungannya mbak…
    🙂

    Balas

Tinggalkan komentar