DAMPAK NEGATIF MEMILIKI KARTU KREDIT

Selamat siang kakak…. Order yuuk! *Halah.

Nah, kalimat pembuka di atas sebenarnya ada hubunganya dengan obrolan ngalor ngidul kali ini. Yah walaupun mereka beda jenis, tapi hubungannya cukup manis. *Kamvrt banget yah kalimatnya?

Begini story-nya…

Saya punya teman tapi mesra wanita yang kebetulan dia sudah memiliki anak cewek yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di salah satu kota ternama di negeri ini. 

Hebatnya si anak, dia tidak mau bekerja sebagai karyawan atau apalah itu. Anak cewek teman saya itu lebih suka jualan online ketimbang Nggodain saya bekerja pada orang lain maupun instansi pemerintah.

Namanya juga newbie dan belum punya produk, maka salah satu trik yang dia gunakan adalah menjadi reseller dan dropshipper. Strategi yang bagus tentunya 🙂

Sebagai anak yang sebenarnya manja, maka dia pun minta modal sama ibunya. Wajarlah. Wong saya saja dulu pinjem duit ke ibu saya buat mendirikan CV yang bergerak di dunia jual beli komputer.

Sebagai ibu yang bijak, akhirnya teman saya itu bersedia. Nah, ceritanya dimulai dari sini. *Emangnya dari tadi ngapain?

Si anak tadi berbelanja pada salah satu toko online dimana pembayaran produk-produknya harus melalui kartu kredit.

Akhirnya dengan susah payah sang ibu membuat kartu kredit untuk keperluan pembelian produk-produk reseller yang dijual oleh anaknya tadi.

Tak semudah yang dibayangkan… Setelah membuat kartu kredit, ternyata kartu kredit tersebut susah digunakan. 

Singkat cerita, setelah kartu kredit tersebut dapat digunakan, hampir tiap hari sang ibu ditelpon oleh orang-orang yang tidak ia kenal.

Dari asuransi lah, dari perusahaan inilah, dari itulah… Pokoknya riweh dan mengganggu aktivitas. Begitu kata ibunya ke saya.

“Kok mereka bisa tahu nomor telepon saya yah mas?”

Begitu suatu hari ibunya bertanya ke saya.

“Mungkin data-data njenengan dijual.” Jawabku sambil garuk-garuk upil… Wkwkwkwkk…. Dia pun tertawa penuh manja.

Saya saja bingung. Begitu sebenarnya jawaban saya yang sesungguhnya. Kenapa bingun? Ya karena saya sendiri pernah mengalaminya. Bahkan bisa dibilang lebih “aneh” lagi.

Kalau teman saya, ibu tadi, sudah bikin dan menggunakan kartu kreditnya, kalau saya baru didata nama dan nomor teleponya, ujug-ujug sudah ada suara wanita yang terdengar merdu sembari menawari pembalut produk jasa. Mending ketemu langsung, lah ini, cuman modal suara doang! Bagaimana saya bisa menikmatinya langsung percaya?

Yang bikin hati ini nyesek kayak habis diputusin adalah jam menelepon si wanita itu. Hampir disetiap jam kerja saya, dia pasti menelepon. Mbok sekali-kali wengi biar saya bisa uhuk ihik.  Kamvrt sekali saudara-saudara!

Saya siih tidak menyalahkan, namanya juga usaha. Tapi seharusnya dia juga tahu dirilah sedikit…. itu kan jam sibuk, ya bakalan bagus juga lho buat calon konsumen.

Nah, akhir cerita, sekarang teman saya dan anaknya sudah tidak menggunakan lagi kartu kreditnya. Tapi yang nelpon kok ya masih ada yah? Mbuehehe.

Sebagai salah satu marketer newbie, jujur saya kurang suka dengan model-model pemasaran kek gitu (telpontelpon di jam sibuk). Aseli… Nganggu banged!

Dan heranya saya, kok ya data-data saya bisa sampai ke mereka? Apakah pikiran buruk saya benar-benar terjadi?

DATA SAYA DIJUAL!

*Pret!

Teruntuk jomblo, “Siapkan bekal… Karena PURA PURA BAHAGIA -pun butuh tenaga”.

Ihik…





Satu pemikiran pada “DAMPAK NEGATIF MEMILIKI KARTU KREDIT”

  1. Menyerahkan data pribadi mesti hati-hati, om, karena sekarang ini banyak modus, tapi tidak semua lho ya, tinggal kitanya saja bagaimana memilih dan mencari info sebelum menyerahkan data pribadi. Hehe

    Balas
  2. Selain data kita dijual, pas ditelfon pun katanya suara kita direkam. Ffftt. Kalau aku sih pas dia lagi ngomong panjang lebar, aku langsung tutup. Kalau nelfon lagi, aku reject dan masukin ke spam number. Hehehe.

    Balas

Tinggalkan komentar